Formulir Setoran

Dengan tinggi tubuh nyaris dua meter, Terry Kirk tidak mungkin terlewatkan. Jean telah melihatnya beberapa kali ketika dia mampir di bank untuk menyetor uang dari bisnis fotografinya. Entah bagaimana, akhirnya dia selalu mendatangi meja layanan Jean.

“Ada yang bisa saya bantu ?” tanya Jean.

“Ya, saya ingin menyetor cek-cek ini,“ jawabnya.

Hanya sampai di situ perbincangan mereka. Bagaimanapun, pikir Jean, kelihatannya dia manistinggi tapi manis.

Di sisi lain, Terry sepertinya tidak pernah memperhatikan Jean. Tidak pernah, sampai dia melihat Jean di suatu situasi lain.

Bisnis fotografi Terry membawanya ke pesta-pesta pernikahan, kelulusan, konser – ke mana saja dia bisa sedikit mendapat penghasilan dari memotret. Pekerjaannya juga membawanya ke berbagai restoran tempat dia memotret pelanggan yang sedang menikmati acara makan di luar. Para tentara senang berpose dengan teman-temannya, dan para pasangan saling mendekat dan tersenyum ketika dia menjepret kameranya. Sementara Terry memotret, teman dan mitranya, Irving Riis, mencetak foto di laboratorium fotografi yang telah mereka siapkan di ruang belakang, dan foto-foto hitam putih ukuran kartu pos siap untuk dibeli sebelum para pelanggan meninggalkan restoran.

Suatu Jumat malam, dua wirausahawan ini memasuki Club 1600. Meja-meja sedang penuh. Berjalan di restoran yang sesak dengan membawa peralatan yang berat, Terry berpapasan dengan Jean yang sedang duduk di sebuah meja bersama teman wanitanya. Sepertinya dia sudah mengenalnya. Di mana aku mengenalnya ya ? pikir Terry. Ah ya, di bank ! Dia membayangkan papan nama yang terpampang di meja layanannya. Jean Dunnamya itulah namanya. Dia tampak berbeda di sini. Terry memang telah berpikir bahwa Jean menarik, tapi tidak pernah memperhatikan bahwa dia sungguh-sungguh cantik. Senyumnya manis sekali, pikir Terry, dan kedua mata yang dalam itu – kelak dia tahu bahwa itu adalah mata neneknya. Kedua mata itu membuatnya terpana.

“Hai,” katanya, berhenti di depan meja mereka.

Jean mengangkat kepada dengan wajah terkejut, kemudian dia mengenalinya. “Oh, halo, Mr. Kirk,” katanya tersenyum.

Mr. Kirk, pikir Terry. Dia sedang bersikap formal. Aku harus memikirkan sesuatu untuk menarik perhatiannya. ”Anda ingin difoto ?” tanyanya.

Jean menoleh kepada temannya, yang menggeleng. “Tidak, terima kasih,” katanya.

Terry beralih ke kelompok lain. Ah, aku akan menarik perhatiannya dengan kepribadianku yang menarik dan perbincangan yang cerdas, pikirnya. Ketika berjalan di antara meja-meja dan memotret, dia berusaha tetap memperhatikan Jean. Dia tidak terlalu memperhatikannya ketika di bank – dia hanya pegawai bank yang melayaninya. Tapi, di sini sepertinya dia lebih asli, lebih hidup – dan mata itu. Dia-diam dia mengamati Jean ketika berbicara heboh dengan temannya. Dia tidak bersama seorang pria. Apa dia sudah menikah ? Jean tersenyum padanya ketika dia melewati mejanya lagi. Bagus ! Tidak ada cincin. Terry menarik napas lega.

Ketika Terry memutar melewati mejanya lagi, Jean dan temannya sudah pergi. “Sekarang aku kehilangan peluang,” keluhnya kepada Irving ketika dia membawa segulung film ke laboratorium sementara mereja bekerja. Dia menjelaskan tentang gadis yang ada di bank itu.

“Kamu kan tahu di mana bisa menemukan dia,” kata temannya mengarahkan.

Terry tidak sabar menunggu bank dibuka pada hari Senin berikutnya. Sebagai salah satu pelanggan pertama yang menunggu di pintu pada pagi itu, dia mengantre dan memikirkan cara terbaik untuk mendekati Jean. Bagaimana jika kepala bagiannya mendengar aku mengajaknya kencan ? pikir Terry. Mungkin aku akan menyulitkannya. Terry tergerak untuk berjalan ke meja di tengah lobi dan meraih selembar formulir setoran. Dengan cepat dia menulis di lembaran itu dan kembali berdiri di antrean.

Ketika Jean memanggil, “Silakan yang berikutnya,” dan mengangkat kepala untuk melihat fotografer muda yang jangkung itu di depannya, Terry merasa melihat pipinya memerah.

“Ada yang bisa saya bantu ?” tanyanya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Terry menyerahkan catatan yang dia tulis di balik formulir setoran, tanpa pernah terpikir bahwa dia bisa disangka sebagai perampok bank. Terkejut, Jean memandangi Terry sebentar, kemudian dia membaca catatan itu :

Maukah kamu pergi denganku ? Ya _ Tidak _

Malam apa kamu bisa pergi ? Jumat _ Sabtu _

Berapa nomor teleponmu ? ________________

Tersenyum, Jean mengisi catatan itu dan menyerahkannya kembali. Dengan demikian dimulailah masa pacaran selama delapan bulan yang berakhir dengan pernikahan. Ah, sebenarnya bukan berakhir. Masa pacaran itu terus berlangsung sampai hari ini.

Bersama-sama mereka bertahan melalui saat-saat suka dan duka. Terry bekerja selama tiga puluh tahun sebagai fotografer kedokteran di sebuah rumah sakit swasta besar. Jean tinggal di rumah membesarkan tiga putri mereka, kemudian kembali bekerja di bank, dan akhirnya pensiun sebagai konselor tabungan.

Formulir setoran itu, dengan catatan di baliknya, masih mengisi buku kenangan mereka. Lima puluh tiga tahun kemudian, Terry ingat bahwa transaksi bank itu adalah investasi terbaik yang pernah dilakukannya.


Tracy Kirk Crump

0 Comments:

:a: :b: :c: :d: :e:
:f: :g: :h: :i: :j:
:k: :l: :m: :n: :o:
:p: :q: :r: :s: :t:
:u: :v: :w: :x: :y:
:z: :1: :2: :3: :4:
:5: :6: :7: :8: :9:
:10: :11: :12: :13: :14:

Post a Comment

newer post older post